Dalam rangka menuntaskan resolusi tahun 2025 yang baru saya mulai, justru novel yang sudah cukup lama ini yang menjadi pembuka. Memang sih, saya tidak membatasi resolusi membaca buku itu harus yang serius atau bagaimana. Biarkan mengalir aja! Sekarang saya sedang menikmati novel, ya nikmatilah.
Andrei Aksana sudah menerbitkan beberapa buku, namun Angin Bersyair ini menjadi buku kedua yang saya baca setelah novel Lelaki Terindah yang pernah menjadi terobosan budaya pada masanya. Maka tak urung, pemikiran saya tentang karya Andrei ini masih menggunakan ‘cetakan’ pemikiran saya terhadap buku sebelumnya. Lalu, bagaimana jadinya setelah saya membaca buku terbitan tahun 2015 ini?
Dua tokoh penting dalam cerita ini adalah Sukma dan Raka, ditambah bayang-bayang kedua tokoh lainnya yakni Kiev dan Nawang. Sukma yang bekerja pada Kiev ditugaskan ke Bali untuk mengecek aset milik perusahaan kemudian dipertemukan dengan Raka lewat sebuah ketidaksengajaan yang, menurut saya, mirip adegan FTV. Sukma yang merupakan wanita metropolitan bertemu dengan Raka si pria seniman sekaligus dosen dengan pesona Bali yang jantan menjadi daya tarik-menarik rasa yang kemudian memikat disaksikan. Namun Sukma kemudian bergumul dengan dilema karena ia masih belum lepas dari bayang-bayang Kiev, sang boss cum selingkuhan open relationship-nya di Jakarta dan yang kemudian membuatnya mempertanyakan perasaan yang sesungguhnya tentang pria-pria yang berada di depan dan di belakangnya. Sosok Nawang, gadis Ubud yang lugu dan sekilas pemalu, juga menambah kaya kerumitan hubungan rasa tersebut oleh karena cinta terpendamnya terhadap Raka.
Sejujurnya, saya mengapresiasi karya Andrei Aksana ini dengan otak yang masih terbayangi oleh Lelaki Terindah, sehingga lalu membanding-bandingkan alur cerita kedua bukunya yang ternyata mirip. Ada adegan di latar belakang di satu bab, kemudian plot di masa kini di bab berikutnya, begitu terus bergantian di setengah pertama bagian dari buku. Tak urung hal ini membuat saya meragukan penulisnya sendiri yang tampaknya tak mampu keluar dari plot buku Lelaki Terindah ke dalam buku yang ini. Kemiripan alur itulah yang akhirnya membuat saya menduga akhir cerita ini bahkan sebelum sampai ke tengah buku, dan dugaan tersebut tidak salah juga.
Kisah Sukma, Raka dan Nawang membuat kenangan saya terlempar kembali ke buku pertamanya. Kalau saja nama pencerita utama ‘Sukma’ tidak disebutkan, tentunya saya akan menyangka tokoh narator tersebut adalah seorang lelaki juga dan kisah ini adalah kisah romansa dua pria. Kemudian selipan-selipan puisi di antara narasi juga tidak terlalu menolong. Saya malah membayangkan ungkapan-ungkapan puitis tersebut adalah Andrei sendiri dan bukan Sukma.
Jadi apa kesimpulan dari pembacaan buku ini? Ah, memangnya perlu kita menarik benang merahnya? Bagi saya, membaca novel cukup dengan cara menikmati ceritanya. Apa pun konflik cerita dan bagaimana pun ujungnya, saya akan menganggap itu sebagai satu dari sekian contoh cerita di dunia yang tidak bisa begitu saja diambil sebagai pelajaran hidup. Kalau ditanya adakah hal baru yang saya pelajari dari buku ini, jawabannya adalah Ubud. Pemaparan penulis tentang beberapa situs budaya di Ubud sangat menyenangkan dan membuat saya rindu Bali kembali. Mungkin di bagian pemaparan inilah saya menemukan kekuatan Andrei yang mampu menggugah para pembacanya untuk datang ke Ubud dan menikmati sendiri dunianya.
Tentunya tidak adil apabila saya mengambil pandangan umum tentang Andrei hanya dari 2 buku tanpa membaca yang lainnya. Jadi pekerjaan rumah saya berikutnya adalah mencari buku-buku Andrei Aksana lainnya. Saya cukup beruntung karena buku Angin Bersyair dapat saya baca secara gratis di aplikasi iPusnas dari Perpustakaan Nasional RI dengan masa peminjaman 14 hari. Hal ini tentunya dapat menghemat pengeluaran buku kita. Meski demikian, ada perlunya juga kita mengeluarkan uang untuk membeli buku yang memang pantas kita beli. Hal tersebut saya lakukan dengan cara pembelian buku digital lewat aplikasi Kindle dan Google Play Books.
===
Demikian buku pertama yang menjadi pemanas langkah membaca buku di tahun 2025. Buku ini sebenarnya saya selesaikan di Desember 2024 lalu sehingga tidak sah untuk dijadikan langkah awal. Untuk buku pertama yang sebenarnya: sebuah karya Trinity Traveler sedang saya nikmati.
novel yang terlihat menarik & ternyata bisa dibaca melalui iPusnas ya, jadi pengen baca juga 🙂
iya tapi harus bener2 niat. kesannya sih waktu peminjaman panjang ya, 14 hari. tapi ternyata pas dijalanin kok saya merasa dikejar2 deadline wkwkwk